Sunday, April 22, 2007
Saturday, April 21, 2007
Roro Mendut-Pronocitro
”Prono! Inti hati, Jatidiri. Citra! Kedalaman kalbu yang mewahyu. Pronocitro! Kau dicari yang mendut-mengambang. Agar yang serba tak tentu terjangkar oleh keteguhan Wahyu.”
”Agar tertuntun oleh arah, Agar bahagia oleh makna. Pronocitro, embanlah Mendut. Mendut, rangkullah Prana-mu, senyumkan Citramu! Dan tak akan ada sesuatu yang mengalahkan kalian.”
(dikutip dari novel sejarah "Roro Mendut" versi Y.B. Mangunwijaya)
”Agar tertuntun oleh arah, Agar bahagia oleh makna. Pronocitro, embanlah Mendut. Mendut, rangkullah Prana-mu, senyumkan Citramu! Dan tak akan ada sesuatu yang mengalahkan kalian.”
(dikutip dari novel sejarah "Roro Mendut" versi Y.B. Mangunwijaya)
The Song of My Existence
Gemilang langit sore nan luas mewartakan kebebasan dan juga harapan-harapan persaudaraan umat manusia.
Persaudaran dalam kemerdekaan. Kemerdekaan dalam persaudaraan.
Yang mengejewantah dalam batin yang selalu waspada akan makna.
Dalam batin yang halus dan welas-asih.
Mata batin yang terus-menerus menanyakan kehidupan dan kemanusiaan.
Agar maut dan kegelapan dapat teratasi.
Agar kesementaraan dapat memiliki makna.
Dan kefanaan dapat tertanggungkan dalam perjalanan di labirin misteri keberadaan ini.
Untuk menemukan jawaban? Jawaban hanya dicari oleh yang bertanya.
Apakah perlu ada jawaban untuk semua pertanyaan?
Dan apakah memang ada?
Apabila pertanyaan dan jawaban hanyalah hasrat.
Hasrat untuk mengatasi kesementaraan keberadaan yang melulu misteri ini.
Siapakah aku?
Siapakah kamu?
Siapakah dia?
Apakah ini?
Apakah itu?
Hasrat oh hasrat.
Kita hanya mengarungi lautan hasrat.
Lautan ekspresi tubuh, yang merupakan bagian reaktor kerja alam raya.
Menanti ilham, wahyu, prana, inti jati diri, untuk memberi nuansa ada.
Ada oh ada.
My bitter sweet symphony of existence.
14 September 2006
Inspired by my imaginary MUSE!
Persaudaran dalam kemerdekaan. Kemerdekaan dalam persaudaraan.
Yang mengejewantah dalam batin yang selalu waspada akan makna.
Dalam batin yang halus dan welas-asih.
Mata batin yang terus-menerus menanyakan kehidupan dan kemanusiaan.
Agar maut dan kegelapan dapat teratasi.
Agar kesementaraan dapat memiliki makna.
Dan kefanaan dapat tertanggungkan dalam perjalanan di labirin misteri keberadaan ini.
Untuk menemukan jawaban? Jawaban hanya dicari oleh yang bertanya.
Apakah perlu ada jawaban untuk semua pertanyaan?
Dan apakah memang ada?
Apabila pertanyaan dan jawaban hanyalah hasrat.
Hasrat untuk mengatasi kesementaraan keberadaan yang melulu misteri ini.
Siapakah aku?
Siapakah kamu?
Siapakah dia?
Apakah ini?
Apakah itu?
Hasrat oh hasrat.
Kita hanya mengarungi lautan hasrat.
Lautan ekspresi tubuh, yang merupakan bagian reaktor kerja alam raya.
Menanti ilham, wahyu, prana, inti jati diri, untuk memberi nuansa ada.
Ada oh ada.
My bitter sweet symphony of existence.
14 September 2006
Inspired by my imaginary MUSE!
Subscribe to:
Posts (Atom)